Kamis, 23 Oktober 2008

Pengalamanku Di Bulan Puasa

Teman-teman, bulan puasa kemarin aku bolong 1 hari karena haussss banget.....

Aku haus karena main sama teman-teman lari-larian... wuiiihhh... asyyiikkkkk !!!!!

Sepulang dari sekolah badanku lemes, laper, dan haus. Karena nggak tahan, akhirnya aku buka puasa deh jadinya. Langsung minum air sebanyak-banyaknya.


Ternyata hal ini dikasih tau ama dek Adjie ke bunda. Akhirnya bunda marah.....!!!!!
huuu takuttt......

Sebagai hukumannya, angpao lebaranku dipotong deh ama bunda
yaaa... jadi berkurang deh angpaonya....

Aku berjanji tahun depan akan puasa penuh

Banjir......Banjirrrr...!!!!

Waahhh... sudah beberapa hari ini di Pontianak turun hujan terus, nggak pagi, nggak siang, nggak malam. Cuaca jadi dinginnn banget.

Biasanya nih, kalo sudah begini sekolah aku pasti banjir

Ahhh... asyiikkk...!!!! bisa main air nih...!!!

Tapi ntar bunda pasti marah, abis kalo udah gitu, sepatu, baju dan tas aku biasanya ikut-ikutan basah

Besok paginya ketika aku berangkat ke sekolah, beneran tuh sampe disana, sekolahku sudah terendam banjir

Untung aja besok sekolah libur, he..he..he... kesempatan deh main air banjir ama teman-teman

Kelas Kita


“Selamat pagi, anak-anak,” kata Pak Guru di senin pagi.

“Selamat pagi, Pak,” jawab para murid.

“Bagaimana liburan kalian?” tanyanya.

“Sangat baik, Pak. Kami melempar banyak bola salju dan membuat boneka salju!”

“Jadi, kalian menikmati turunnya salju selama akhir pekan, ya” dia tersenyum pada anak-anak.

“Iya, Pak Guru, kami bersenang-senang,” mereka menjawab.

Pak Guru melihat ke sekeliling kelas dan mengernyitkan kening. “Bapak lihat ada dua orang murid yang tidak datang ke sekolah hari ini.”

“Benar, Salim dan Aisya tidak hadir hari ini.”

“Kalian tahu mengapa?”

“Mereka ada di rumah, Pak,” kata anak-anak. “Mereka pasti sedang sakit.”

“Itu artinya mereka pasti bermain di salju terlalu lama,” kata Pak Guru.

“Kami bermain di salju juga; akankah kami jatuh sakit, pak guru?” tanya anak-anak, waspada.

“Jika kalian tidak berhati-hati dan berada di luar bersama salju terlalu lama, kalian mungkin akan sakit.”

“Mengapa salju membuat orang sakit? Kami senang saat salju turun. Dan kami senang bermain di salju.”

Pak Guru menjelaskan: “Penyebab orang sakit adalah masuknya kuman ke dalam tubuh mereka. Seperti kalian ketahui, kuman adalah organisme yang tidak terlihat. Kuman masuk ke dalam tubuh kita dan mencoba membuat kerusakan. Bila kita tidak hati-hati akan kebersihan kita, dan makan tanpa mencuci tangan, kuman dapat masuk ke dalam tubuh kita dan menetap di dalamnya.”

“Apakah kita langsung sakit begitu kuma masuk ke dalam tubuh kita, Pak?” murid-murid ingin tahu.

“Tidak,” jawabnya. “Kita tidak selalu sakit. Saat Allah menciptakan kita, Dia memberikan tubuh kita sistem kekebalan yang menakjubkan untuk melawan kuman. Kita tidak menyadarinya, namun unsur sistem kekebalan ini melindungi tubuh kita layaknya sebuah pasukan. Setiap unsur dari sistem kekebalan yang sangat rumit ini melakukan tugasnya dengan sempurna.”

“Jadi, Pak, kenapa kita jatuh sakit? Apakah karena sistem kekebalan kita tidak melakukan tugasnya?”

“Tidak, pada orang yang normal, sistem kekebalan senantiasa bekerja. Tanpa pengetahuan kita, sistem kekebalan kita terlibat dalam peperangan besar melawan kuman. Pertama-tama, sistem kekebalan mencoba untuk mencegah kuman masuk dan tinggal di tubuh kita. Jika kuman berhasil masuk ke dalam tubuh kita, sistem kekebalan akan menghancurkannya dengan segera.”

“Jadi kenapa kita jatuh sakit?” mereka masih ingin tahu.

“Kalau kita berada di luar dalam keadaan dingin terlalu lama,” dia menjelaskan, “Dan jika kita tidak hati-hati saat kita makan, tubuh kita kehilangan kekuatan. Saat ini terjadi, sistem kekebalan kita menjadi lemah juga. Kuman yang belum dihancurkan berkembang biak dan menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh kita.”

“Jadi, saat ini terjadi, apakah kuman mengambil alih seluruh tubuh kita?” mereka bertanya.

“Tidak.” dia melanjutkan. “Pada saat itu, sistem kekebalan kita memulai peperangan yang bahkan lebih besar lagi melawan kuman. Karena perang besar yang terjadi dalam tubuh kita ini, kita mengalami demam, kita merasa kehilangan daya dan persendian kita mulai sakit.”

Para murid mengangguk. “Ya. Saat itu terjadi, kita harus berbaring di tempat tidur.”

“Tentu saja, saat itu terjadi, hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah beristiraha. Kalau kita dapat istirahat yang banyak dan minum obat pada waktu yang bersamaan, dan kalau kita memakan semua makanan kita, sistem kekebalan kita akan bertambah kuat dan membantu kita. Jadi, pada waktu singkat sistem kekebalan akan mengalahkan kuman dan melempar mereka keluar dari tubuh kita. Dengan cara ini, kita menjadi sehat kembali.”

“Sekarang kami mengerti mengapa kami sakit,” murid-murid berkata padanya. “Mulai saat ini, kami akan sangat berhati-hati.”

“Benar” Pak Guru berkata: “Allah memberikan kita nikmat yang sangat besar saat Dia menciptakan tubuh kita dan dengan sistem pertahanan semacam itu di dalamnya. Kita harus sangat berterima kasih kepada-Nya atas itu, dan menjaga diri kita sendiri agar kita tidak kehilangan kesehatan yang Dia berikan kepada kita.”


Sumber : Harun yahya

Maqsud Dan Sang Anak Kucing

Ada kejutan besar menunggu Maqsud saat dia pulang dari sekolah. Ayahnya telah membelikannya seekor anak kucing kecil. Maqsud akan menghabiskan waktu yang tersisa setelah mengerjakan pekerjaan rumahnya dengan bermain bersama anak kucing miliknya yang lucu. Suatu malam, saat dia di tempat tidur, dia terkejut melihat sang anak kucing meninggalkan kamarnya dan menemukan piring susu dalam kegelapan di ruang tamu.

“Bagaimana kamu menemukan piring susumu dengan demikian mudah dalam kegelapan seperti ini?” Maqsud bertanya, terkagum-kagum.

“Kami tidak membutuhkan banyak cahaya untuk melihat, Maqsud,” sang anak kucing mengeong. “Mata kami diciptakan berbeda dari manusia. Pupil mata kami tumbuh sangat besar sehingga kami dapat mengambil cahaya sebanyak mungkin dalam kegelapan. Dan kami para kucing memiliki lapisan dalam mata kami yang tidak dimiliki manusia; lapisan ini terletak tepat di belakang retina dan memantulkan kembali cahaya. Jadi, cahaya melewati retina kami dua kali. Itulah mengapa kami dapat melihat dengan sangat baik dalam gelap dan juga mengapa mata kami sangat bercahaya. Allah telah menciptakan kami dengan segala kemampuan yang kami butuhkan untuk bertahan hidup dalam berbagai macam keadaan. Sangatlah tidak mungkin, sebagaimana yang disebutkan oleh teori evolusi, bahwa kami dapat mengevolusikan kemampuan ini secara tidak sengaja selama perjalanan waktu. Allah telah menciptakan kucing dan makhluk hidup lainya dengan sempurna dalam satu waktu.”

Musa berkata: "Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal". (QS. asy-Syu’araa’, 26:28)

Maqsud berpikir sejenak: “Kami manusia tahu bahwa walaupun kalian jatuh dari tempat yang tinggi kalian selalu mendarat dengan kaki kalian. Bagaimana kalian melakukan itu?”

“Kamu benar,” kata sang anak kucing. “Kami para kucing senang memanjat di sekitar pohon tinggi. Allah telah memberikan kami kemampuan istimewa ini untuk melindungi kami agar tidak terluka saat jatuh. Saat kami jatuh, kami menggunakan ekor kami untuk keseimbangan, mengubah pusat gaya tarik tubuh kami dan mendarat dengan kaki kami. Kemampuan untuk melindungi ini menunjukkan kasih sayang yang tiada akhir dan belas kasihan dari Allah.”

Maqsud dengan lembut mengangkat sang anak kucing dan memangkunya. Setiap hari, saat dia melihat salah satu dari makhluk kecil yang manis ini, dia memikirkan betapa mereka adalah bukti yang menakjubkan akan kekuatan kreatif mahatinggi milik Allah. Dan juga, cinta dan kelembutan yang dia rasakan terhadap kucing tumbuh lebih besar lagi. Dan sang anak kucing menunjukkan bahwa dia menyayangi Maqsud dengan mengeong setiap dia mengelus bulunya.

Apakah kamu tiada melihat bahwasanya Allah menundukkan bagimu apa yang ada di bumi dan bahtera yang berlayar di lautan dengan perintah-Nya. Dan Dia menahan (benda-benda) langit jatuh ke bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada Manusia. (QS. al-Hajj, 22:65)



Sumber : Harun Yahya

SAYID DAN SANG CUMI-CUMI

Sayid menggunakan kesempatan liburan musim panas untuk berenang sebanyak mungkin. Ayahnya memberikan dia sepasang kacamata selam agar dia dapat melihat di bawah air. Sayid terkesima dengan keindahan menakjubkan yang dilihatnya saat di dalam air. Suatu saat ketika dia sedang meilhat-lihat di bawah air dengan kacamata selamnya, dia melihat sesuatu yang tidak tampak seperti seekor ikan.

“Hai, siapa kamu?” Sayid memanggil.

“Tidak mengherankan kalau kamu terkejut, Sayid!” sang makhluk memanggil kembali. “Aku seekor cumi-cumi. Orang sering menganggap kami sebagai ikan; walaupun kami sangatlah berbeda. Misalnya, kami tidak memiliki satu tulangpun dalam tubuh kami.”

Sayid terheran-heran, “Jika kalian tidak memiliki tulang dalam tubuh kalian, bagaimana kalian bergerak?” tanyanya.

“Bila kamu ingin mengetahu yang sebenarnya,” jawab sang cumi-cumi, “Kami dapat bergerak dengan cara yang mengejutkan kamu. Tubuh kami sangat lunak dan kulit kami sangat tebal. Kami memiliki otot di bawah kulit kami yang kami gunakan untuk mengambil air ke dalam tubuh kami dan kemudian meniupkannya ke luar dengan kuat. Begitulah cara kami berenang.”

“Dapatkah kamu ceritakan kepadaku bagaimana tepatnya kalian melakukan itu?” tanya Sayid.

Sang cumi-cumi menjelaskan: “Kami memiliki dua buah semacam kantung yang terbuka di tiap sisi pada kepala kami. Melalui itu, kami menarik air ke dalam penampung di dalam tubuh kami, dan kemudian kami mendorong air tersebut keluar dengan tekanan yang sangat kuat melalui pipa sempit yang terletak tepat di bawah kepala kami. Dengan gaya yang tercipta, kami dapat bergerak dengan cepat berlawanan arah air yang kami dorong keluar. Dan kami juga dapat menyelamatkan diri dengan sangat cepat dari musuh manapun yang mengejar kami.”

“Baiklah,” ujar Sayid, “Katakanlah kalian tidak cukup cepat untuk menyelamatkan diri; apa yang kalian lakukan kemudian?”

“Jika kami tidak cukup cepat untuk melarikan diri,” lanjut sang cumi-cumi, “Kami memuncratkan segumpal tinta hitam pekat ke arah musuh kami, yang membingungkan mereka. Hanya beberapa detik saja yang kami butuhkan. Musuh kami tidak dapat melihat kami di balik gumpalan hitam pekat dan kami dapat melarikan diri.”

Sayid terkesan: “Allah telah secara khusus melengkapi kalian untuk menghadapi segala kesulitan yang mungkin kalian hadapi. Aku pikir tidaklah kami manusia atau makhluk lainnya dapat meraih kemampuan ini dengan diri kami sendiri.”

Sang cumi-cumi setuju: “ Kamu benar, Sayid. Ini datang dari pengetahuan kereatif mahatinggi dari Allah Yang Mahakuasa. Dia telah menciptakan semua makhluk yang kamu lihat dengan segala sifat menakjubkan mereka. Tidak ada makhluk yang mampu meraih kemampuan ini dengan sendirinya. Kekuatan dan Pengetahuan Allah ada di mana-mana, dan tidak ada kekuatan yang terpisah dari-Nya.”

“Aku sangat senang telah berjumpa denganmu, Tuan Cumi-cumi. Terima kasih atas penjelasannya,” ujar Sayid dan dia pun berenang menjauh.

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. al-Baqarah, 2:255)


Sumber : Harun Yahya

ANWAR DAN SANG BURUNG KECIL

Ketika Anwar sedang berjalan pulang dari sekolah, hujan mulai turun sangat lebat. Setelah makan malam, sebelum memulai pekerjaan rumahnya, dia bertanya kepada ibunya apakah dia boleh melihat hujan dulu sebentar. Ibu bilang bahwa Anwar boleh melihatnya sebentar saja. Anwar melihat ke jendela dan mulai memperhatikan hujan yang turun di luar. Ada orang berjalan di jalanan dengan memakai payung, dan yang tidak mempunyai payung merapatkan diri mereka ke bangunan. Tak lama kemudian, gumpalan hujan mulai terbentuk di mana-mana. Mobil yang lewat memuncratkan air ke sisi jalan dan orang berlarian dari pemberhentian agar tidak kebasahan. Anwar berpikir betapa menyenangkannya berada di dalam rumah dan dia harus lebih bersyukur kepada Allah Yang telah memberinya makanan dan rumah yang hangat untuk tinggal. Pada saat itu juga, seekor burung jelatik hinggap di bingkai jendela. Anwar berpikir bahwa burung malang itu pasti sedang mencari tempat berteduh dari hujan, dan dia segera membuka jendela.

“Hai, namaku Anwar,” katanya. “Kamu boleh masuk kalau kamu mau.”

“Terima kasih, Anwar,” kata sang burung kecil. “Aku ingin menunggu di dalam sampai hujan reda.”

“Kamu pasti kedinginan di luar sana,” Anwar ikut merasakan “Aku belum pernah melihat burung sedekat ini sebelumnya. Lihat betapa tipisnya kakimu! Bagaimana kakimu dapat menahan badanmu hingga tegak?”

“Kamu benar, Anwar,” sang jelatik setuju. “Kami burung memiliki kaki yang tipis dibanding tubuh kami. Namun, biarpun demikian, kaki-kaki tersebut mampu menahan tubuh kami dengan sangat mudah. Ada banyak otot, pembuluh darah dan syaraf didalamnya. Bila kaki kami lebih tipis atau lebih tebal lagi, akan sulit bagi kami untuk terbang.”

“Terbang pasti rasanya sangat menakjubkan,” pikir Anwar. “sayapmu terlalu tipis, juga, namun kalian masih dapat terbang dengannya. Jadi, bagaimana kamu dapat terbang sedemikian jauhnya tanpa merasa lelah?”

“Saat pertama kali kami terbang, kami menggunakan banyak sekali tenaga karena kami harus mendukung berat badan kami pada sayap kami yang tipis,” mulai sang jelatik. “Namun begitu kami di udara, kami menjadi santai dengan mebiarkan tubuh kami terbawa angin. Jadi, karena kami menghabiskan lebih sedikit tenaga dengan cara ini, kami tidak menjadi lelah. Saat angin berhenti bertiup, kami mulai mengepakkan sayap kami lagi. Karena kelebihan yang telah Allah ciptakan untuk kami, kami dapat terbang dalam jarak yang sangat jauh.”

Anwar kemudian bertanya, “Bagaimana kamu dapat melihat sekelilingmu saat sedang terbang?”

Sang jelatik menjelaskan: “Organ indera terbaik kami adalah mata kami. Selain memberikan kemampuan untuk terbang, Allah juga memberikan kami indera penglihatan yang sangat hebat. Jika kami tidak memiliki indera penglihatan bersamaan dengan kemampuan ajaib kami untuk bisa terbang, hal itu sangatlah berbahaya bagi kami. Kami dapat melihat benda yang sangat jauh dengan lebih jelas daripada manusia, dan kami memiliki jangkauan penglihatan yang luas. jadi begitu kami melihat bahaya di depan, kami dapat menyesuaikan arah dan kecepatan terbang kami. Kami tidak dapat memutar mata kami seperti manusia karena mata kami diletakkan pada pencengkramnya. namun kami dapat menggerakkan kepala kami berputar dengan cepat untuk memperluas wilayah penglihatan kami.”

Anwar mengerti: “Jadi, itulah mengapa burung selalu menggerakkan kepala mereka: untuk melihat ke sekeliling mereka. Apakah semua mata burung seperti itu?”

“Burung hantu dan burung-burung malam hari lainnya memiliki mata yang sangat lebar,” sang jelatik melanjutkan. “Berkat sel khusus dalam mata mereka, mereka dapat melihat dalam keremangan. Karenanya, burung hantu dapat melihat dengan sangat baik untuk berburu di malam hari. Ada juga jenis burung yang disebut burung air; Allah menciptakan mereka agar mereka dapt melihat dengan sangat baik di dalam air. Mereka mencelupkan kepala mereka ke dalam air dan menangkap serangga atau ikan. Allah menciptakan kemampuan ini dalam burung-burung ini agar mereka dapat melihat dengan jelas di dalam air dan menangkap mangsa mereka.”

“Tidak semua paruh burung sama, nampaknya. Mengapa demikian?” Anwar bertanya.

“Allah menciptakan berbagai jenis paruh yang berbeda untuk burung yang berbeda untuk melakukan pekerjaan yang berbeda,” demikian jawabannya. “Paruh kamu sesuai dengan sempurna terhadap lingkungan di mana kami tinggal. Ulat dan cacing sangat lezat bagi kami para burung pemangsa serangga. dengan paruh kami yang tipis dan tajam, kami dapat dengan mudah mengambil ulat dan cacing dari bawah daun pohon. Burung pemakan ikan biasanya memiliki paruh yang panjang dengan bentuk seperti sendok pada ujungnya untuk menangkap ikan dengan mudah. Dan burung yang makan dari tumbuhan memiliki paruh yang membuat mereka dapat makan dengan mudah dari jenis tumbuhan yang mereka sukai. Allah telah menyediakan dengan sempurna untuk setiap makhluk di Bumi dengan memberikannya kemampuan yang dia butuhkan.”

Anwar punya pertanyaan lain untuk sang jelatik: “Kamu tidak mempunyai telinga seperti yang aku punya, namun kamu masih dapat mendengarkan aku dengan sangat baik. Bagaimana bisa?”

“Indera pendengaran sangatlah penting bagi kami para burung. Kami menggunakannya untuk berburu dan saling memperingatkan akan adanya kemungkinan bahaya sehingga kami dapat melindungi diri kami. Sebagian burung memiliki gendang pendengaran yang membuat mereka mampu mendengar suara yang paling kecil. Pendengaran burung hantu sangat peka akan suara. Burung Hantu dapat mendengar tingkat suara yang tidak dapat didengar manusia,” sang jelatik memberitahukannya.

Anwar kemudian bertanya: “Kalian para burung berkicau dengan sangat merdu. Aku senang mendengarkan kalian. Untuk apa kalian menggunakan suara kalian?”

Sang burung mengangguk: “Sebagian dari kami memiliki kicauan yang berbeda untuk mengusir musuh kami. Terkadang kami membuat sarang kami di dalam lubang pada batang pohon, dan ketika musuh mencoba masuk, kami mendesis layaknya ular. Penyusup tersebut berpikir bahwa ada ular di dalam sarang itu, sehingga kami dapat melindungi sarang kami.”

“Apa lagi yang kalian lakukan untuk melindungi sarang kalian dari musuh?” Anwar ingin tahu.

“Kami membangun banyak sarang tipuan untuk menyesatkan musuh kami,” kata sang burung. “Dengan cara ini kami membuat para penyusup tersesat dan melindungi sarang dan telur kami yang telah kami sembunyikan di daerah tersebut. Untuk melindungi sarang kami dari ular berbisa, kami menutupi jalan masuk dan membuatnya sangat berliku-liku. Kewaspadaan lainnya adalah membangun sarang pada pohon yang cabangnya berduri.”

Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang diangkasa bebas. Tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman.
(QS. an-Nahl, 16:79)

“Bagaimanakah sebagian burung dapat berenang dalam air? dan mengapa tidak semua burung dapat berenang?” Anwar bertanya pada temannya.

Sang jelatik menjawab: “Allah telah menciptakan sebagian dari kami dengan kemampuan untuk berenang. Dia telah memberikan mereka kaki berselaput jala agar mereka mampu berenang saat masuk ke dalam air. Sebagian lain dari kami memiliki jari tipis tanpa jala. jadi, selain burung air, burung tak dapat berenang.”

“Sama seperti sepatu renang!” Anwar berseru. “Saat aku berenang dengan memakai sepatu renang, aku dapat berenang dengan jauh lebih cepat.”

“Ada beberapa burung yang telah memiliki sepatu renang ini sejak lahir,” kata sang burung.

Saat Anwar dan sang burung sedang berbincang-bincang, ibunya menyuruh Anwar untuk masuk ke kamarnya dan mengerjakan pekerjaan rumahnya. Pada saat bersamaan, hujan pun telah reda.

Anwar berkata pada temannya: “Sekarang aku harus masuk ke kamarku dan mengerjakan pekerjaan rumahku. Besok aku akan bercerita kepada teman-temanku tentang kemampuan istimewamu, dan bagaimana Allah telah menciptakan kamu dan makhluk lainnya melalui karya seni kreatif yang sedemikian sempurna.”

“Hujan telah reda, jadi aku dapat kembali ke sarangku,” jawab sang jelatik. “Terima kasih telah membawa aku masuk, Anwar. Saat kau menceritakan temanmu tentang kami, Bisakah kamu sampaikan juga kepada mereka untuk peduli kepada kami dan jangan melemparkan batu kepada kami atau kepada makhluk lainnya?”

“Ya, tentu saja aku akan menyampaikannya kepada mereka,” Anwar setuju. “Semoga Allah melindungimu.” Anwar membuka jendela dan sang burung segera terbang, melayang menembus udara. Anwar memikirkan kesempurnaan dalam ciptaan Allah dan duduk mengerjakan pekerjaan rumahnya.


Sumber : Harun Yahya

Pengalaman Aku Sewaktu Masih Di TK

Teman-teman..... mo cerita nih, sewaktu aku masih TK, sering banget lho ikut even-even lomba busana di sekolah. Namanya juga waktu itu masih imutz dan lugu, diikutkan bunda jadi peserta lomba ya mau aja. Mulai dari lomba busana muslim, busana santai atau busana kartini semua pernah aku ikuti. Tapi sekarang hiii.... aku udah nggak mau lagi ikut lomba-lomba ginian, maluuuuu......

Jadi suatu hari saat aku duduk di TK A, aku pernah ikut lomba busana muslim. Bundaku yang menyiapkan busana muslim yang akan digunakan untuk lomba itu. Bahannya sederhana sih, murah meriah, hanya aja bunda pinter memodifikasi busana itu. Mulai dari dikasih tambahan payet, bunga-bunga sampe renda, dan hasilnya emang oke banget tuh. Jadi keesokan hari pas acara digelar, mulai deh aku pasang aksi berlenggak lenggok di atas pentas, senyum sana senyum sini, muter sana muter sini, gaya sana sini... gubrakkkk &@#%!(....!!!! benar-benar model amatiran. Tapi alhasil aku meraih juara I untuk lomba busana muslim saat itu. Lumayan, dapet hadiah kotak bekal makanan dan minuman, trus sajadah kecil juga buku tulis, hehehe... asyikkkkk......

Pengalaman kedua, masih duduk di TK A, aku ikut lomba busana Kartini, jadi pagi-pagi jam 5 aku sudah dibangunkan bunda untuk bersiap-siap rias wajah. Untuk busananya bunda sewa dari tempat penyewaan busana, tapi berhubung saat itu banyak juga yang merayakan hari kartini, jadi busana-busana yang bagus sudah disewa ama anak-anak lain, yang tersisa hanyalah busana kebaya biasa warna hijau polos, tanpa hiasan dengan kain batik biasa...:-( Sekali lagi berkat tangan terampil bundaku, busana itu jadi terlihat unik, karena dimodifikasi bunda dengan diberi renda dan bunga-bunga berwarna oren, sehingga terlihat mewah. Kata bunda yang penting tasya tetap percaya diri dan berdoa sama Allah, insya Allah tasya pasti juara.

Hasilnya, ketika acara digelar, aku mulai tebar pesona sana sini, dengan lemah gemulai dan hati-hati aku berjalan diatas panggung, senyum sana, senyum sini, hormat sana, hormat sini, tapi kepala aku udah mulai terasa gatel banget karena saat itu khan aku pake sanggul... duhhhh.... wa..wa..wa... akhirnya aku buru2 turun dari pentas. Sampai di bawah, aku langsung merengek minta sanggulnya dilepas, abis nggak tahan gatelnyaaaa .....%^#@&*(^..!!!!!! Mana panas lagi ^%$#*&^.... whuihh...kipassss...kipasssss....... HASILNYA... aku juara II horeeeee...!!!!
Dapet hadiah piala, buku tulis dan alat tulis lengkap... Alhamdulillahhhh semua berkat doa dan tangan terampil bunda doa aku terkabul. Jadi tambah sayang deh dengan bunda, Mwahhhhh.....!!!!

Ini foto aku sewaktu ikut karnaval dalam rangka hari Kartini . Saat itu aku kelas 1 SD dan baru pindah ke sekolah baru di surabaya ikut ayahku tugas belajar di ITS Surabaya tahun 2003. Hasilnya aku dapet juara 3, lumayaaannn... :-)

Minggu, 19 Oktober 2008

Ceritaku Di Hari Minggu

Hari minggu sekolah khan libur nih, maunya sih ingin nonton TV atau internetan sepuasnya dirumah, ehhh... tapi pagi-pagi listrik udah mati.... pfuhhh $%#@& .... capek deh !!!! Abis kalo udah gitu aku jadi bingung mau ngapain dirumah ? Akhirnya aku keluar, kebetulan ada teman aku Nugie sedang main dengan adikku Adjie. Ya udah, aku ikut aja mereka main kejar2an, petak umpet dan macem2 deh. wiii... asyiiikkkk !!!!!

Setelah bosen main semuanya, kami bingung lagi, mau main apa nih ? akhirnya kami putuskan main perang-perangan, pake acara lempar2 batu. awalnya sih asyik juga, tapi nggak lama... Pletookkkk......!!!! #@$!^&$ Waaaaa.... !!!! dek Adjie nangis, aku langsung kaget, kok nangis ??? Setelah dilihat ternyata kepalanya secara tidak sengaja kena batu yang dilempar ama si Nugie. Kirain nggak apa2, wah..ternyata sampe berdarah tuh. Gawatttt... kalo ayah dan bunda tahu, bisa kena marah nih...!!! Kebetulan ayah dan bunda lagi keluar, aku langsung mengajak dek Adjie pulang untuk membersihkan luka di kepalanya pake air hangat, kemudian aku kasih obat merah. Uwaaaa.... perihhh kak Tasyaaaaa !!!!! Aku langsung bilang aja ama dek Adjie, mau sembuh apa nggak? Kalo nggak dikasih obat bisa infeksi lukanya nanti.

Ehhhhh......tapi nggak lama setelah aku selesai memberi obat untuk dek Adjie, ayah dan bunda pulang. Bunda melihat aku membawa baskom yang berisi air hangat, trus nanya ama aku, " Apaan tuh kak ?" aku jawab aja " Air hangat untuk bersihkan luka dek Adjie". Bunda langsung kaget, karena melihat darah yang menempel dibaju dek Adjie. Lalu bunda melihat luka di kepalanya. Ayah yang melihat kejadian ini langsung marah, dan mengingatkan aku supaya kalo main itu hati-hati, jangan main yang berbahaya, akibatnya akan seperti itu.

Hmmmmm... untung aja lukanya dek Adjie nggak parah. Dalam hati aku berjanji nggak akan bermain yang berbahaya untuk diri aku sendiri dan juga orang lain. Sekarang aku mau mandi sore dulu trus menyiapkan buku dan belajar untuk sekolah besok. Sampai jumpa lagi yaaa ????